Selasa, 11 Agustus 2015

Sinopsis novel berjalan di atas cahaya

Kali ini Hanum bersama Tutie Amaliah dan Wardatul Ula lebih banyak bercerita tentang kehidupan dan interaksi muslim/mualaf di Eropa. Meski temanya terdengar lebih ‘biasa’ dibandingkan buku sebelumnya, ternyata dari kumpulan cerita tersebut memberikan gambaran yang menarik tentang pandangan hidup para muslim/mualaf yang terkadang tidak mudah. Tak mudah mendapatkan pekerjaan ketika stempel muslim terpampang jelas dalam diri kita melalui jilbab. Pandangan masyarakat Eropa yang kerapkali sinis pada Islam, menyebabkan penolakan atau perlakuan yang tidak menyenangkan, seperti yang terekam dalam kisah Pahlawanku Si Cadar Hitam; Antara Saya, Kamu, dan Secangkir Capuccino; Tanya Namanya, Dengar Ceritanya; atau Karena Saya Tak Gaul.

Meski ada diskriminasi, ada juga muslimah yang berhasil menunjukkan eksistensinya pada khalayak Eropa. Sosok Bunda Ikoy [Bunda Ikoy, Si Pembuat Jam] dan Nur Dann [Nge-Rapp Adalah Cara Saya Berdakwah] membuktikan bahwa mereka dapat ‘masuk’ dan bertahan di dunia sekuler tanpa kehilangan keislamannya. Walaupun banyak berbicara tentang sisi kemanusiaannya, beberapa tulisan tetap memberikan nuansa traveling dan keunikan dari suatu kota/negara. Kisah ‘Tapak Kemuliaan di Sisilia’ menjadi satu-satunya cerita yang mengingatkan kembali tentang adanya jejak kebudayaan Islam di Eropa.


0 komentar: