Senin, 15 Juni 2015

Sebuah Tanya


 INDRI NOVIANTI

Narkoba! Kata itu seakan masih terngiang dibenakku . Kata yang masih mengingatkanku pada penyesalan. Masa dimana saat itu aku memang bodoh. Mengapa saat itu aku ingin mencobanya ? Mengapa saat itu aku terjebak pada hitamnya dunia? Sebuah tanya dipikiranku . Sekilas aku ingin menceritakan kehidupanku .
***
Aku putra sulung dari dua bersaudara. Adikku sangat berbeda denganku. Kami mempunyai  kepribadian yang tidak sama. Adikku lebih senang belajar, membaca, menulis. Sedangkan aku lebih senang main keluyuran yang gak jelas dan malas belajar. Adikku lebih diperhatikan oleh ayah dan ibuku. Sedangkan perhatian buatku justru kebalikannya. Ibu dan ayahku sering membedakan perlakuan untuk kami berdua. Mungkin karena adikku yang beberapa kali jadi juara di kelasnya. Itulah yang membuatku iri dan tak suka padanya . Ibu dan ayahku seakan-akan menganggapku hanyalah anak tiri yang tak berprestasi. Apakah ayah dan ibuku malu punya anak sepertiku? karena aku sering menbuat onar dan bolos sekolah yang mengharuskan ibu dan ayah di panggil ke sekolah. Iri rasanya ketika ayah dan ibu  di panggil ke sekolah adikku hanya  untuk melihat  piala sebagai simbol penghargaan untuk adik yang telah  memenangkan beberapa kejuaraan .
Semenjak itu , aku jarang menghabiskan waktu di rumah . Bahkan tak jarang pulang hampir larut malam. Kubuka pintu gerbang. Kubuka pintu rumah karena aku mempunyai kunci cadangan . Tiba tiba ayah sudah duduk manis di sofa ruang tamu.
“Dari mana kamu!“ nada perkataan ayah tegas
“ Biasa lah anak muda“ Jawabku cuek
“Kamu tuh yah anak tak tau diri! Sudah cape ayah mendidikmu! Harus bagaimana lagi supaya kamu berubah! Lihat adik kamu! Kakak macam apa kamu!“ Kata ayah membentak
“ Udahlah aku sama dia beda. Aku bukan dia. Aku tidak berprestasi dan sepintar dia .Aku hanya anak yang dipandang sebelah mata sama ayah dan ibu.“  Kataku sambil bergegas menuju kamar
Semenjak kejadian itu, semakin malas rasanya pulang ke rumah karena suasana rumah yang membosankan dan perkataan ayah yang masih belum bisa aku lupakan. Akhirnya aku lebih banyak menghabiskan waktu bersama teman-teman. Bahkan tak jarang aku ceritakan masalah keluargaku . Pernah suatu waktu, aku melihat ayah dan ibu bersama adik sedang jalan-jalan . Mereka seperti keluarga bahagia tanpa kehadiranku. Apakah ayah dan ibu tidak khawatir karena aku berhari -hari tidak pulang? atau ayah dan ibu sudah tidak peduli ? Pikirku dalam hati.
“ Sudahlah jangan bersedih“ kata temanku
“ Apaan sih?” jawabku dengan nada sensitif
Tau kok kamu liyat keluargamu tadi kan. Sudahlah jangan dipikirkan. Aku punya sesuatu buatmu“ kata teman ku sambil menawarkan sesuatu padaku
“Apaan ini?“ kataku heran 

Sesuatu itu berbentuk obat. Aku mencoba obat itu dan tiba-tiba merasakan halusinasi setelah memakan obat tersebut. Hari demi hari aku lewati dan nampaknya ketagihan terus-menerus mengomsumsi obat itu. Sampai pada masalah ketika aku tak punya uang untuk membeli obat itu karena obat itu terbilang mahal . Tapi rasa  kecanduan itu terus  menggodaku untuk mendapatkannya. Hanya terfokus bagaimanapun caranya aku harus mendapatkan obat itu. Hilang akal rasanya ketika hanya berfikir pendek dan  menghalalkan segala cara untuk bisa mendapatkan obatnya. Aku pernah mencuri uang ayah untuk membeli obat itu. Aku mencuri lagi untuk membeli lagi obatnya. Namun untuk mencuri yang ketiga kalinya rencanaku tak berjalan dengan mulus karena ketahuan oleh ayah .
“ Jadi selama ini kamu yang selalu mencuri. Untuk apa kamu mencuri!“ kata ayah sambil menamparku tanpa ragu
Saya mengomsumsi narkoba  “ Kataku tegas
“ Apa ? Dasar anak tak tau di untung “ sambil menampar yang kedua kali tanpa ragu
 Suara tangis ibu seakan prihatin denganku. Kondisi pada malam itu sangat kacau . Aku di kurung oleh ayah. Ayah sangat benci padaku .
Hasilnya kurungan selama berhari-hari dengan rasa kecanduan yang aku alami. Sesekali adikku melihat keadaanku di kamar . Adikku sering membawakan makanan dan minuman untukku tanpa sepengetahuan ayah. Justru Ibu yang sering memerhatikanku akhir akhir ini .
“Mengapa baru sekarang ibu perhatian padaku? Mengapa disaat keadaan seperti ini ibu memerhatikanku. Aku ingin diperhatikan seperti adikku walaupun aku tidak berprestasi “. Pikirku dalam hati
Akhirnya ibu menyarankan kepada ayah supaya aku masuk ke tempat rehabilitas narkoba. Ayah menyetujuinya. Hari-hari aku lewati dengan rasa semangat ingin sembuh dan terbebas dari narkoba. Semangat dari adikku dan  dukungan dari ayah dan Ibu membuatku bisa bertahan .
SATU TAHUN KEMUDIAN
Kini aku sudah terbebas kecanduan dari barang haram tersebut setelah melewati beberapa pengobatan . Aku menyesal mengomsumsi barang haram tersebut dan tak ingin kembali lagi seperti dulu . Kini hidupku berubah. Aku mendapat perhatian dari ayah dan ibuku . Aku tak lagi iri kepada adikku. Kebihan adikku adalah dalam bidang prestasi lalu adalah tetap semangat untuk melawan kecanduan NARKOBA.
Aku kini lebih semangat belajar. Kini aku sudah bekerja di tempat rehabilitas narkoba . Aku tak ingin ada seseorang sepertiku yang terus tenggelam dalam hitamnya kehidupan dan tetap mengomsumsi narkoba tanpa ada efek jera pada dirinya. Aku tak ingin masa laluku yang kelam dialami oleh orang lain . Masih terbenak sebuah  tanya dalam benakku. Hanya penyesalan yang  bisa menjawabnya . Hidup di dunia itu hanya sekali kawan. Bagaimanapun sebagai anak yang berbakti kita harus membahagiakan orang tua kita sendiri.
INGATLAH MASA DEPAN CERAH TANPA NARKOBA!

0 komentar: