Rahasia Hati
Cinta khayalan. Ya, aku menyebutnya dengan cinta khayalan. Kenapa? Karena aku hanya bisa berkhayal. Mungkin hal ini terdengar konyol. Tapi menurutku ini asik, karena di dunia nyata semuanya belum tentu terjadi buatku.
Cukup kita bercerita tentang dunia khayal. Aku ingin bercerita tentang dunia nyataku. Bercerita tentang dia. Ya, dia yang sering aku ceritakan pada teman-temanku, orang-orang terdekatku. Entah mengapa belakangan ini aku sering memikirkannya. Apa karena perhatiannya? Oh jelas tidak! Dia tidak mungkin memikirkanku. Mungkin hanya perasaanku saja atau aku yang terlalu percaya diri. Sudahlah tak usah dibahas.
Setelah sekian lama menghilang. Tiba-tiba rasa itu muncul kembali. Sebetulnya aku benci dengan keadaan seperti ini. Keadaan inilah yang membuatku sering terpuruk. Tidak mensyukuri nikmat
Tuhan. Bahkan aku sering mengeluh.
“Ya Tuhan, aku iri dengan mereka. Mereka diberi paras yang cantik, sedangkan aku?”
“Mereka diberi kekayaan, sedangkan aku? ”
“Hidup mereka senang, sedangkan aku? ” Ujarku terus mengeluh.
Aku tau yang aku lakukan itu salah. Dosa besar rasanya terhadap Sang Pencipta. Seharusnya aku iri dengan mereka yang lebih dekat pada agamanya. Aku kesal pada diriku sendiri. Melihat orang lain yang memanfaatkan waktunya dengan baik, sedangkan waktuku? Waktu ku terbuang percuma hanya untuk memikirkannya, dan menuggunya meskipun aku tau dia tak akan pernah datang.
Seharusnya aku bercermin. Aku siapa? dan dia Siapa? Mana mungkin dia dari keluarga berada mencintaiku yang terlahir dari keluarga yang tidak punya apa-apa. Semua itu hanya angan-anganku saja.
Dengan mengaguminya saja sudah cukup bagiku. Melihat dia bersama perempuan lain pun tak apa, asalkan dia bahagia. Ya, aku sangat bahagia. Tiga tahun itu bukanlah waktu yang singkat untuk memendam rasa. Selama tiga tahun ini, aku selalu berdoa agar suatu hari nanti dapat memiliki hatinya. Angan yang terlalu tinggi memang. Tapi mimpi yang mengantarkan anganku sejauh itu. Mimpi yang membawaku suatu saat nanti bisa berjodoh dengannya. Walaupun kemungkinannya sangat kecil. Ah sudahlah! Jangan terlalu berharap seperti itu. Membuatku lebih sakit saja. Benar-benar tidak sesuai dengan kenyataan.
Sebenarnya aku tidak bahagia dengan perasaan ini. Diam-diam kagum pada seseorang bukanlah hal yang menyenangkan. Apalagi aku tau, kenyataannya orang itu tidak peduli sama sekali denganku. Aku kesal! Tapi sampai kapan aku simpan perasaan ini? Sekeras apapun aku berusaha melupakannya sia-sia rasanya. Kapan ini akan berakhir Tuhan? Lelah rasanya menunggu yang tak pasti. Aku ingin dia menyempatkan waktu untuk melihat mataku. Sebentar saja memandangku. Pandanglah sebentar saja karena dengan itu kau akan tau rahasia apa yang sejak dulu aku simpan. Mengertilah!
Tyanni Agustini
Cukup kita bercerita tentang dunia khayal. Aku ingin bercerita tentang dunia nyataku. Bercerita tentang dia. Ya, dia yang sering aku ceritakan pada teman-temanku, orang-orang terdekatku. Entah mengapa belakangan ini aku sering memikirkannya. Apa karena perhatiannya? Oh jelas tidak! Dia tidak mungkin memikirkanku. Mungkin hanya perasaanku saja atau aku yang terlalu percaya diri. Sudahlah tak usah dibahas.
Setelah sekian lama menghilang. Tiba-tiba rasa itu muncul kembali. Sebetulnya aku benci dengan keadaan seperti ini. Keadaan inilah yang membuatku sering terpuruk. Tidak mensyukuri nikmat
Tuhan. Bahkan aku sering mengeluh.
“Ya Tuhan, aku iri dengan mereka. Mereka diberi paras yang cantik, sedangkan aku?”
“Mereka diberi kekayaan, sedangkan aku? ”
“Hidup mereka senang, sedangkan aku? ” Ujarku terus mengeluh.
Aku tau yang aku lakukan itu salah. Dosa besar rasanya terhadap Sang Pencipta. Seharusnya aku iri dengan mereka yang lebih dekat pada agamanya. Aku kesal pada diriku sendiri. Melihat orang lain yang memanfaatkan waktunya dengan baik, sedangkan waktuku? Waktu ku terbuang percuma hanya untuk memikirkannya, dan menuggunya meskipun aku tau dia tak akan pernah datang.
Seharusnya aku bercermin. Aku siapa? dan dia Siapa? Mana mungkin dia dari keluarga berada mencintaiku yang terlahir dari keluarga yang tidak punya apa-apa. Semua itu hanya angan-anganku saja.
Dengan mengaguminya saja sudah cukup bagiku. Melihat dia bersama perempuan lain pun tak apa, asalkan dia bahagia. Ya, aku sangat bahagia. Tiga tahun itu bukanlah waktu yang singkat untuk memendam rasa. Selama tiga tahun ini, aku selalu berdoa agar suatu hari nanti dapat memiliki hatinya. Angan yang terlalu tinggi memang. Tapi mimpi yang mengantarkan anganku sejauh itu. Mimpi yang membawaku suatu saat nanti bisa berjodoh dengannya. Walaupun kemungkinannya sangat kecil. Ah sudahlah! Jangan terlalu berharap seperti itu. Membuatku lebih sakit saja. Benar-benar tidak sesuai dengan kenyataan.
Sebenarnya aku tidak bahagia dengan perasaan ini. Diam-diam kagum pada seseorang bukanlah hal yang menyenangkan. Apalagi aku tau, kenyataannya orang itu tidak peduli sama sekali denganku. Aku kesal! Tapi sampai kapan aku simpan perasaan ini? Sekeras apapun aku berusaha melupakannya sia-sia rasanya. Kapan ini akan berakhir Tuhan? Lelah rasanya menunggu yang tak pasti. Aku ingin dia menyempatkan waktu untuk melihat mataku. Sebentar saja memandangku. Pandanglah sebentar saja karena dengan itu kau akan tau rahasia apa yang sejak dulu aku simpan. Mengertilah!
Tyanni Agustini
0 komentar: